Bigor _Di tengah derita saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang berjibaku dengan bencana, Kabupaten Bogor justru disuguhi pertunjukan ironi. Ketika rakyat lain berjuang menyelamatkan keluarga dan tempat tinggal, di sini anggaran digelontorkan demi pesta pencitraan dan ambisi meraih rekor MURI.
Dan kini masyarakat bertanya dengan suara yang semakin lantang:“Raih rekor MURI — tapi korbankan pejabat, suruh ASN bergerak, dan hamburkan uang rakyat.
Di mana hati nuranimu, wahai wakil rakyat?
Pertanyaan itu tidak lagi berbisik. Ia sudah menjadi teriakan publik.Ketika Kekuasaan Dipakai untuk Pencitraan, Bukan Pelayanan Pejabat daerah disebut-sebut dipaksa ikut mengurus acara organisasi tertentu, ASN Setda bahkan dikabarkan harus mengeluarkan surat edaran demi menyukseskan agenda yang tidak memiliki urgensi publik.
Baliho dipasang di titik strategis milik pemerintah, Pendopo dipakai untuk jamuan kelompok tertentu, Hotel milik BUMD digelontorkan puluhan kamar.
Semuanya disorot, semuanya dipertanyakan, semuanya mengalir menuju satu dugaan besar.
Penyalahgunaan kewenangan untuk kepentingan pencitraan kelompok.Jika benar fasilitas negara dipakai demi ambisi pribadi dan kelompok, itu bukan sekadar pelanggaran administratif — itu pengkhianatan terhadap amanah rakyat.
Namun di saat rakyat miskin berjuang mengisi perut, anggaran justru dihamburkan demi mengejar MURI — sebuah rekor yang tidak mengubah nasib rakyat sedikit pun. Bukankah ini bentuk paling telanjang dari prioritas yang salah kaprah?
369 Organisasi Menonton dan Menunggu : rasa Keadilan Ketika salah satu organisasi diperlakukan seperti “anak emas”, maka 369 organisasi lain yang resmi terdaftar pasti menuntut perlakuan yang sama. Jika pemerintah memilih favorit, maka pemerintah sendirilah yang sedang menyalakan api kegaduhan sosial.
Wahai Wakil Rakyat — Untuk Siapa Engkau Bekerja? Ketika publik melihat pejabat daerah digerakkan hanya untuk mendukung organisasi yang diketuai seorang anggota dewan aktif, pertanyaan moral pun meledak di ruang public.
Kritik masyarakat semakin keras bukan karena benci, tetapi karena rakyat muak dikhianati oleh tangan yang seharusnya melindungi.
Ingat! Kekuasaan Bukan Warisan, Jabatan Bukan Panggung Glamour.
Sejarah telah berkali-kali mengajarkan, Pejabat yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, pasti jatuh bukan karena lawannya —tetapi karena arogansinya sendiri.
Ketika rekor MURI lebih penting daripada martabat rakyat, ketika fasilitas negara lebih mudah digelontorkan untuk pencitraan daripada untuk kesejahteraan, ketika wakil rakyat lupa siapa yang memilihnya maka satu hal menjadi jelas, Bogor tidak sedang kekurangan anggaran kab Bogor sedang kekurangan pejabat berjiwa nurani.
ketua lasqi kab Bogor Ajeng umaroh mengatakan, Keberadaan saya di Banten dalam rangka mengikuti Festival dan RAKERNAS LASQI 2025 bersama seluruh Pengurus DPW LASQI se-Indonesia sebagai utusan resmi DPW Jawa Barat perlu saya tegaskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Terkait klaim MURI oleh LASQI Nusantara Jaya (NJ), kami menilai bahwa klaim tersebut tidak layak, karena secara jelas cacat administrasi.
LASQI Nusantara Jaya baru berdiri pada tahun 2023, namun tiba-tiba mengklaim sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1970.
Hal ini merupakan bentuk manipulasi data sejarah yang tidak dapat dibenarkan dan berpotensi menyesatkan publik.
Karena itu, klaim MURI yang diajukan LASQI Nusantara Jaya tampak dipaksakan dan sama sekali tidak memenuhi standard kebenaran histori organisasi.
Pernyataan Dukungan LASQI Jawa Barat
Sekretaris Wilayah LASQI Jawa Barat, Imam Nasrullah, menyampaikan:
“Saya sebagai Sekretaris Wilayah, mewakili seluruh Pimpinan LASQI Jawa Barat, telah menyerahkan sepenuhnya kepada LASQI Kabupaten Bogor beserta tim advokasi hukum untuk menindaklanjuti lebih jauh, mengingat banyaknya informasi yang dinilai mengandung kejanggalan. Kami di tingkat provinsi akan terus memantau dan mengawal proses ini.”
Ini bagian dari komitmen menjaga marwah Syiar Islam melakui seni musik Islam serta integritas LASQI di seluruh Indonesia.
Narasumber : Sekretaris Wilayah LASQI Jawa Barat, Imam Nasrullah dan H. Rizkan


Social Header